Mewaspadai Teman Palsu dalam Penerjemahan Teks Hukum

Prayudi Wijaya, M.A., CPCD.
Penerjemah Tersumpah, 
Asesor Kompetensi Bidang Hukum Bisnis Indonesia
www.pw-translation.com
JLTC 0203

Dalam konteks penerjemahan, istilah false friends dipahami sebagai pasangan kata dalam dua bahasa yang bentuknya terlihat serupa, namun maknanya berbeda—terkadang bahkan amat jauh. Dalam konteks penerjemahan hukum, hal ini menjadi makin penting, dan tak jarang menghasilkan kesalahan konseptual yang cukup—kalau tidak bisa dibilang sangat—fatal. Ketidakpekaan dalam membedakan makna acap menimbulkan salah pemahaman dan berkurangnya relevansi teks, bahkan munculnya risiko hukum.

False friends yang paling sering disalahkenali dalam terjemahan hukum Indonesia–Inggris adalah pasangan yang bentuknya seperti serapan satu sama lain. Berikut beberapa contohnya:

minuta (ID) ≠ minutes (EN) 

Dalam konteks kenotariatan Indonesia, minuta adalah naskah asli akta notaris yang telah ditandatangani oleh para pihak dan disimpan oleh notaris sebagai bagian dari protokol notaris. Istilah ini amat berbeda dengan kata minutes dalam bahasa Inggris yang berarti notulen atau ringkasan hasil rapat.

konvensi (ID) ≠ convention (EN) 

Konvensi dalam hukum acara perdata di Indonesia berarti gugatan pokok (eis in conventie dalam sistem Belanda). Istilah ini umumnya muncul bersamaan dengan istilah rekonvensi yang berarti gugatan balik. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, convention biasanya dipahami sebagai perjanjian atau konferensi. Istilah bahasa Inggris yang lebih berterima untuk kedua kata ini adalah, misalnya, original claim (konvensi) dan counter claim (rekonvensi).

kurator (ID) curator (EN) 

Muncul dalam konteks kepailitan di Indonesia, istilah kurator mengacu pada individu atau entitas yang ditunjuk pengadilan untuk menangani proses kepailitan suatu perusahaan atau entitas, termasuk pengurusan dan pemberesan harta para debiturnya. Namun, curator dalam bahasa Inggris lebih dikenal dan lebih sering muncul dalam konteks seni dan museum. Menerjemahkan kurator sebagai curator adalah miskonsepsi yang membuat terjemahan tidak relevan.

Selain false friends yang bentuknya seperti serapan, ada pula yang bentuknya lebih tidak kentara, karena terlihat seperti terjemahan natural satu sama lain, padahal berbeda secara konseptual. Berikut beberapa contoh yang sangat sering dijumpai:

Pengadilan Tinggi (ID) ≠ High Court  (EN)

Dalam sistem hukum Indonesia, Pengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat banding. Namun di beberapa negara yang menganut sistem hukum common law, istilah High Court justru mengacu pada pengadilan tingkat kasasi, yang dalam sistem hukum kita biasanya disebut Mahkamah Agung. Dalam hal ini, diperlukan riset yang mendalam tentang negara yang terkait beserta struktur peradilannya.

bawah tangan (ID) ≠ underhand (EN)

Istilah bawah tangan dalam konteks hukum Indonesia biasanya mengacu pada transaksi atau dokumen yang dibuat tanpa pengesahan notaris. Meski sekilas terlihat seperti terjemahan langsung, dalam bahasa Inggris, underhand sering bermakna negatif atau merujuk pada tindakan tidak jujur atau licik. Ini akan menjadi sangat fatal dalam dokumen perjanjian.

Kesalahan dalam mengenali false friends bukan hanya masalah leksikal, melainkan masalah pemahaman terhadap sistem hukum dan konteks penggunaan. Oleh karena itu, penguasaan terminologi saja tidak cukup, dan pemahaman terhadap perbedaan struktur hukum sumber serta sasaran menjadi kunci. Hal ini menggarisbawahi pentingnya spesialisasi dalam terjemahan hukum. Terjemahan yang andal hanya dapat dihasilkan melalui kajian yang cermat, kepekaan terhadap makna dalam konteks hukum, dan kemauan untuk terus belajar.

Ingat, teman palsu tidak hanya mengelabui mata, tetapi juga hukum—dan penerjemahlah yang memikul tanggung jawabnya.