Christien Yueni
Jogja Literary Translation Club
JLTC 0124

Tanggal 6 Juni 2025 menandai sembilan tahun perjalanan Jogja Literary Translation Club (JLTC) – sebuah komunitas yang lahir dari secarik idealisme dan tumbuh di antara baris-baris sunyi karya sastra. Dalam sembilan tahun itu, kami tidak hanya menyusun kata demi kata dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga menyulam makna, mempertemukan budaya, dan menumbuhkan ruang aman bagi para penerjemah pemula yang ingin belajar, mencoba, dan salah tanpa takut dihakimi.
JLTC tidak dilahirkan oleh institusi besar atau modal kuat. Ia lahir dari kebutuhan dan kerinduan: kebutuhan akan komunitas yang mendampingi perjalanan awal menjadi penerjemah sastra, dan kerinduan akan praktik penerjemahan yang berakar pada rasa, bukan sekadar tata bahasa. Tahun-tahun pertama kami dipenuhi diskusi yang terbata-bata, rapat yang hanya dihadiri segelintir orang, dan kegiatan yang seringkali disiapkan dalam waktu yang mepet. Namun justru di situlah nilai JLTC tumbuh – bukan dari gemerlapnya acara, tetapi dari kedalaman komitmen para anggotanya.
Kami memulai dengan menerjemahkan cerpen-cerpen klasik yang sudah menjadi domain publik – bukan hanya sebagai latihan teknis, tetapi sebagai bentuk penghormatan kepada warisan sastra dunia. Kami belajar bahwa menerjemahkan bukan hanya soal padanan kata, tetapi keberanian mengambil posisi: apakah kita mengikuti bentuk, atau membawa makna ke dalam ruang budaya kita?
Tantangan tidak pernah berhenti.
Di tengah pergeseran minat generasi muda yang semakin jauh dari bacaan panjang dan berbahasa asing, JLTC mencoba bertahan. Kami mengadakan lokakarya daring dan luring hingga menjalin kerja sama dengan penerbit dan komunitas sastra lain. Di balik semua itu, ada satu pertanyaan yang terus kami bawa: bagaimana membuat penerjemahan sastra tetap relevan, terutama di tengah gempuran teknologi kecerdasan buatan?

Tahun-tahun belakangan ini, pertanyaan itu menjadi semakin nyata. Akal imitasi (artificial intelligence, AI) kini dapat menerjemahkan dengan kecepatan dan akurasi yang mengagumkan. Kalimat-kalimat yang dulu hanya bisa diselesaikan dengan perenungan panjang, kini muncul dalam hitungan detik. Beberapa mulai bertanya: apakah peran penerjemah manusia akan usang? Apakah klub seperti JLTC akan menjadi museum dari praktik yang ketinggalan zaman?
Kami percaya, jawabannya: tidak.
AI mungkin dapat mengenali struktur kalimat dan memilih padanan yang paling masuk akal. Namun hanya manusia yang bisa menangkap getar emosi dalam sebuah larik puisi, memahami ironi tersembunyi dalam esai politik, atau menerjemahkan keheningan di antara dua kalimat menjadi nada yang dapat dirasakan. JLTC tidak menolak kehadiran AI. Kami menggunakannya sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti. Kami percaya bahwa masa depan penerjemahan bukanlah pertarungan antara manusia dan mesin, tetapi kolaborasi yang cerdas dan beretika.
Kami menyadari bahwa tantangan ke depan tidak ringan. Dunia membaca sedang berubah, begitu pula dunia penerjemahan. Namun kami juga tahu bahwa selama masih ada orang yang ingin menyampaikan cerita lintas bahasa dan budaya, JLTC akan selalu punya tempat. Kami adalah ruang tumbuh – bukan hanya untuk belajar teknik, tetapi juga untuk membangun kepercayaan diri, menjalin pertemanan, dan mencintai bahasa dalam segala keajaibannya.
Sembilan tahun bukan waktu yang lama.
Tetapi dalam dunia yang serba cepat, bertahan selama itu adalah pencapaian yang layak dirayakan. Bukan karena kami sudah sempurna, tetapi karena kami terus belajar. Karena kami memilih untuk tetap ada, meskipun terkadang jalan sunyi dan dukungan minim. Kami merayakan tahun ini bukan dengan gemerlap, tetapi dengan kesadaran mendalam bahwa apa yang kami lakukan – sekecil apa pun – adalah bagian dari jembatan besar yang menghubungkan dunia.

Untuk para anggota, relawan, mentor, pembaca, dan sahabat JLTC di mana pun berada: terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Mari terus menulis, menerjemahkan, dan memberi arti. Sebab seperti kata Italo Calvino, “Penerjemah adalah penulis bayangan dari semua buku yang kita cintai.”
Selamat ulang tahun yang ke-9, JLTC. Api itu belum padam – dan kami percaya, tidak akan pernah.