Menulis Cerita Anak dalam Dua Bahasa? Lebih Sulit (dan Lebih Indah) dari yang Kamu Kira!

Harris Hermansyah Setiajid
Pemerhati Penerjemahan
JLTC 0039

Estimasi waktu baca: 3-4 menit

Banyak orang mengira menulis cerita anak itu mudah. Kalimatnya pendek, tokohnya lucu, dan temanya ringan. Namun, ketika cerita itu harus hidup dalam dua bahasa, semuanya berubah. Itulah tantangan sesungguhnya bagi para penulis yang berani menulis Bilingual Children’s Story dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Menulis dalam dua bahasa bukan sekadar menerjemahkan kata. Ini adalah upaya untuk membuat dua versi cerita yang sama-sama bernyawa. Satu versi mungkin lahir dari budaya Indonesia yang hangat, sedangkan versi lainnya harus terasa alami bagi pembaca berbahasa Inggris yang tumbuh dalam konteks berbeda. Tugas penulis adalah menjaga agar keduanya tetap memiliki hati yang sama.

Dua Bahasa, Satu Jiwa

Ketika seseorang menulis cerita anak dalam bahasa Indonesia lalu menerjemahkannya ke bahasa Inggris, ia sedang berusaha menjembatani dua dunia. Ia harus memikirkan bagaimana menjaga imajinasi dan rasa lucu dalam versi lain tanpa kehilangan makna.

Contohnya, kalimat: “Kancil tersenyum nakal ketika melihat buaya tertidur.”

Jika diterjemahkan secara langsung menjadi: “The naughty mousedeer smiled when he saw the crocodile sleeping.”

Kalimat itu terdengar agak kasar dalam bahasa Inggris karena kata “naughty” sering berkonotasi negatif. Penulis yang peka akan memilih padanan yang lebih sesuai, seperti:

“The clever mousedeer grinned when he saw the crocodile fast asleep.”

Dalam satu keputusan sederhana, penulis menunjukkan kepekaan terhadap budaya dan nada bahasa. Itulah seni menulis dwibahasa: mengubah tanpa mengkhianati.

Menulis untuk Anak Itu Serius, tapi Menyenangkan

Cerita anak menuntut keseimbangan antara keindahan dan kesederhanaan. Bahasa harus jernih, ritmenya lembut, dan emosi terasa nyata. Anak-anak membaca bukan untuk menganalisis, tetapi untuk merasakan. Mereka tidak peduli seberapa rumit struktur kalimatnya, yang mereka ingat adalah rasa bahagia, lucu, atau haru setelah menutup halaman terakhir.

 

Ketika cerita itu harus dihadirkan dalam dua bahasa, penulis perlu lebih berhati-hati. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia tidak selalu memiliki cara yang sama untuk mengekspresikan kehangatan, kasih sayang, atau humor. Namun, di situlah keindahannya. Penulis belajar melihat dunianya dari dua jendela yang berbeda.

Lima Tips Menulis Cerita Anak Bilingual yang Menyentuh Hati

Berikut beberapa panduan sederhana agar ceritamu bisa hidup dalam dua bahasa tanpa kehilangan pesonanya.

  1. Mulailah dari ide yang dekat dengan anak 
    Cerita terbaik lahir dari hal-hal kecil. Seekor kupu-kupu yang takut hujan, seorang anak yang kehilangan pensil kesayangannya, atau kucing rumahan yang ingin terbang. Hal sederhana seperti itu justru paling universal.
  2. Gunakan kalimat pendek dan ritme yang mengalir
    Cerita anak harus mudah dibaca keras-keras. Gunakan kalimat yang lembut dan berirama agar bisa dinikmati dengan suara. Contohnya: “Lala melangkah pelan. Angin sore membelai rambutnya.” Kalimat seperti ini sederhana, tetapi kaya nuansa.
  3. Tulis dengan imaji yang kuat
    Ceritakan seolah kamu sedang menggambar. Anak-anak membayangkan kata menjadi gambar di kepala mereka. Kata-kata seperti “pohon tinggi menjulang” atau “langit merah jambu” membantu mereka merasakan dunia cerita.
  4. Gunakan nilai lokal, jangan takut memperkenalkannya
    Dalam versi bahasa Inggris, biarkan kata lokal tetap hadir dengan sedikit penjelasan. Contohnya: “Grandma served warm bajigur, a sweet coconut drink from the village.” Cerita anak justru menarik ketika membawa aroma budaya yang baru bagi pembacanya.
  5. Terjemahkan dengan perasaan, bukan hanya makna
    Jangan memaksakan kalimat agar identik. Biarkan versi kedua memiliki napasnya sendiri. Tujuanmu adalah menciptakan keseimbangan, bukan salinan. Dua bahasa bisa menjadi dua cara berbeda untuk merasakan keajaiban yang sama.

Ketika Bahasa Menjadi Jembatan Imajinasi

Menulis cerita anak bilingual mengajarkan hal berharga tentang empati. Ketika kamu menulis dalam dua bahasa, kamu belajar memahami dua cara berpikir, dua dunia nilai, dan dua lapisan emosi. Kamu tidak hanya menulis cerita, tetapi juga membangun jembatan antara pembaca yang berbeda.

Anak-anak yang membaca kedua versi ceritamu akan belajar bahwa bahasa apa pun bisa menjadi rumah bagi perasaan. Mereka akan tahu bahwa kebaikan, keberanian, dan kasih sayang tetap sama, entah disebut “love” atau “cinta”.

Menulis cerita anak dalam dua bahasa memang tidak mudah, tetapi di sanalah letak keindahannya. Dalam setiap kata yang kamu pilih dan setiap kalimat yang kamu ciptakan, ada dua dunia yang kamu satukan. Dan siapa tahu, dari cerita kecil yang kamu tulis hari ini, lahir pembaca cilik yang mencintai bahasa. Dalam bentuk apa pun ia hadir.