Catatan Ringan Jelang TSN HPI

Prayudi Wijaya, M.A., CPCD.
Penerjemah Tersumpah, 
Asesor Kompetensi Bidang Hukum Bisnis Indonesia
www.pw-translation.com
JLTC 0203

Tes Sertifikasi Nasional (TSN) yang diselenggarakan oleh Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) merupakan salah satu yang paling bergengsi bagi penerjemah Indonesia. Diadakan sejak tahun 2010, TSN adalah ujian yang harus dihadapi oleh para penerjemah—baik penerjemah pemula yang ingin “naik kelas” maupun penerjemah berpengalaman yang ingin menjajal kemampuan serta mengukuhkan posisinya—untuk bisa mendapatkan status sebagai Penerjemah Bersertifikat HPI.

Sebagai salah satu yang beruntung bisa lulus TSN pada tahun 2015 untuk kedua arah bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris kategori umum, saya ingin membagikan beberapa kiat yang mungkin dapat bermanfaat bagi Anda yang ingin menjajal kemampuan dalam tes ini—yang semuanya bersumber dari pengalaman saya sendiri. Di sini, saya membaginya ke dalam dua fase: persiapan dan pelaksanaan.

A. Fase Persiapan
Persiapan merupakan tahap penting sebelum mengikuti TSN. Beberapa penerjemah memiliki cara masing-masing: ada yang menjalankan pekerjaannya seperti biasa dengan sedikit penyesuaian, dan ada pula yang secara khusus menyusun strategi, setidaknya satu bulan sebelum ujian. Dalam fase ini, beberapa kiat berikut mungkin cukup membantu:

1. Lakukan pengondisian teknis
TSN memperbolehkan peserta membawa sumber daya cetak (kamus, catatan pribadi, dll.), namun tidak memperbolehkan penggunaan sumber daya internet—apalagi AI. Oleh karena itu, Anda sebaiknya mulai membiasakan diri dengan mode kerja yang lebih mengandalkan sumber daya cetak, dan membatasi ketergantungan terhadap internet. Selain itu, mengukur kecepatan menerjemahkan dan mencari strategi pengelolaan waktu ujian juga bisa mulai dilatih.

2. Analisis kebiasaan buruk dalam berbahasa
Hampir semua orang memiliki kebiasaan buruk, sekecil apa pun itu. Bagi penerjemah, kebiasaan buruk ini biasanya bersifat linguistis: kesalahan tik, penggunaan preposisi yang kurang tepat, kebiasaan menyingkat, atau menulis kalimat yang canggung. Dengan mengenali—dan mengakui—kebiasaan ini, Anda dapat membuat semacam daftar periksa yang akan sangat berguna saat menyunting pekerjaan Anda di ruang ujian, agar penyuntingan lebih efektif. Kuncinya: biasakan berpikir pedantis.

3. Cari mentor atau mitra berlatih 
Mencari penerjemah yang lebih berpengalaman untuk dimintai masukan atas hasil pekerjaan Anda adalah langkah yang sering diabaikan—padahal sangat bermanfaat. Bahkan, mencari partner yang juga akan mengikuti TSN dan saling memberi umpan balik bisa berdampak besar bagi kesiapan Anda.

B. Fase Pelaksanaan
Yang saya maksud dengan fase pelaksanaan di sini adalah saat Anda telah berada di ruang ujian dan mulai mengerjakan soal. Setelah melakukan persiapan yang memadai, berikut beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:

1. Abaikan suara keyboard peserta lain 
Saya ingat saat mengikuti TSN dulu, kala waktu ujian mulai berjalan, saya mendengar suara peserta lain mulai mengetikkan terjemahannya. Mendengar ini saya langsung merasa minder—kok mereka sudah mulai menerjemahkan, sementara saya belum benar-benar memahami teksnya?

Namun, perlu diingat bahwa setiap orang punya ritualnya sendiri dalam menerjemahkan. Belum mulai mengetik bukan berarti tidak siap. Tetap fokus, tenang, dan lakukan ritual Anda sendiri.

2. Pilih kata-kata yang jelas 
Menggunakan padanan yang jelas dan tidak bermakna ganda akan memudahkan penilai memahami maksud Anda—dan menghindari terjemahan Anda disalaharti. Misalnya, gunakan interpretation alih-alih construction jika ingin mengatakan penafsiran, atau absence alih-alih lack untuk menyatakan tidak ada. Secara makna mungkin sejajar, tetapi construction dan lack lebih rawan dianggap keliru, meski maksud Anda benar. Ingat, hasil TSN bersifat final. Anda tidak bisa komplain setelahnya.

3. Andalkan otak ketimbang kamus
Bagi beberapa orang, membawa masuk banyak kamus dan catatan ke ruang ujian bisa memberi rasa tenang: ada di kala butuh. Tapi alangkah kurang bijak jika Anda selalu membolak-balik kamus untuk mencari satu atau dua kata tiap kalimat, apalagi  jika ini dilakukan hanya untuk meyakinkan diri Anda. Ingat, waktu ujian amat terbatas. Jadi, lebih baik andalkan otak Anda sendiri. Percaya pada semua latihan yang telah Anda lakukan pada fase persiapan. Gunakan kamus hanya saat darurat.

4. Utamakan akurasi ketimbang keindahan
Menghasilkan terjemahan yang indah memang membanggakan. Namun, dalam ujian, pastikan dulu bahwa hasil terjemahan Anda akurat. Tidak ada gunanya memoles kalimat dan mengutak-atik diksi jika isinya masih keliru. Sunting dulu dari sisi akurasi—baru sentuh gaya jika masih ada waktu. Bagi saya pribadi, jika kalimat sudah terdengar “benar”, itu sudah cukup.

Penutup
Menghadapi TSN bukan hanya soal menerjemahkan dengan baik, melainkan juga soal mengelola waktu, mengenali kelemahan diri, dan menghadapi tekanan. Memang tidak ada resep pasti untuk lulus, tetapi upaya dan kesadaran terhadap proses tetap menjadi hal penting—baik untuk TSN maupun perkembangan profesional Anda sebagai penerjemah ke depannya. Semoga kiat-kiat kecil ini membawa manfaat.