August 2025

Bahasa Gaul dan Kesulitan dalam Text Mining Komentar Pelanggan: Kebutuhan Industri Hari Ini, Tantangan untuk Praktisi Bahasa

Yosephine Suharyanti
Departemen Teknik Industri
Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pada situasi sekarang, suatu usaha terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), bisa serta merta tutup usaha akibat komentar negatif pelanggan di dunia maya, seperti di berbagai platform ulasan dan media sosial. Sebaliknya, komentar positif dapat membuat suatu usaha membesar dalam waktu singkat. Sentimen negatif dan positif yang menetap di platform ulasan seperti Google Reviews dan ulasan dalam lokapasar (marketplace) dapat menjadi rujukan bagi banyak orang yang hendak memanfaatkan produk dan jasa UMKM. Sentimen negatif dan positif yang muncul di media sosial dapat meletup, viral, dan meledak, mampir di beranda berbagai media sosial banyak orang. 

Dampak tersebut sangat besar karena pengguna internet dan media sosial Di Indonesia sangat besar. Data pada Februari 2025 (Kemp, 2025) menunjukkan bahwa terdapat 365 juta koneksi telepon seluler di Indonesia (125% populasi), 212 juta orang (74.6% populasi) pengguna internet, dan 143 juta (50,2%) pengguna media sosial.

UMKM harus mulai memandang penting dan memperhatikan ulasan pelanggan di dunia maya untuk berbenah. Bellanov et al. (2020) menyimpulkan dari penelitiannya mengenai analitik data pada antarmuka pelanggan sejumlah lokapasar, bahwa reputasi toko di suatu lokapasar menentukan jumlah pengikut (followers) yang adalah pelanggan setia toko tersebut. Analisis atas ulasan pelanggan di dunia maya dapat membantu UMKM untuk memperbaiki produk dan layanannya. Lebih jauh, mengintip dan menganalisis ulasan usaha sejenis dan menjadikannya dasar perbaikan dapat meningkatkan kemampuan bersaing dan meraih pasar.

Text mining dan bahasa gaul

Sejumlah akademisi dalam bidang-bidang terkait industri mengusulkan dan menciptakan berbagai model, metode, dan alat bantu bagi industri dan UMKM untuk melakukan analisis ulasan pelanggan. Pada umumnya model, metode, dan tools tersebut didasarkan pada text mining. Text mining adalah teknik-teknik yang digunakan untuk mentransformasikan data mentah berupa teks menjadi data yang berpola sehingga dapat diperoleh informasi berupa pengetahuan atas perilaku di balik data tersebut (Han & Kamber, 2006). Salah satu pekerjaan text mining dilakukan oleh Saraswati et al. (2022) untuk mengidentifikasi faktor dominan yang menentukan minat beli serta analisis sentimen pelanggan UMKM gerai makanan dan minuman, dengan sumber data teks dari Google Reviews.

Kesulitan yang didapat dalam proses text mining terhadap teks yang dibuat oleh banyak orang pada platform non-formal, seperti pada Google Reviews, adalah banyaknya bahasa gaul yang tidak ada dalam kamus. Untuk mendapatkan hasil maksimal, harus dilakukan identifikasi lebih dahulu sebanyak mungkin kosa kata bahasa gaul yang terkait dengan tujuan analisis untuk dimasukkan dalam library aplikasi atau perangkat lunak text mining yang digunakan. 

Jika text mining dilakukan untuk teks berbahasa Inggris, hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah karena aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan adalah produk negara-negara berbahasa Inggris, sehingga pemutakhiran library Bahasa Inggris dalam aplikasi atau perangkat lunak tersebut cukup memadai. Sementara itu, yang dibutuhkan oleh UMKM Indonesia adalah analisis atas ulasan berbahasa Indonesia.

Tantangan bagi praktisi bahasa

Sejauh yang dapat diobservasi, belum bisa ditemukan suatu sumber di internet yang dapat memberikan kamus bahasa gaul yang selalu termutakhirkan, sebagai dasar melakukan text mining. Sumber istilah bahasa gaul Indonesia yang dapat ditemukan dan cukup lengkap terdapat dalam Kamus Lengkap (2025), namun masih banyak kosa kata gaul yang sudah digunakan sekian tahun terakhir belum ditemukan, seperti kata ‘fomo’, ‘sus’, ‘delulu’, dan sebagainya. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi para praktisi bahasa dan lembaga atau insitusi yang berkutat dengan bahasa. 

Selama ini, sumber resmi yang ada adalah Bahasa Indonesia baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring, 2016). Namun bahasa baku tidak cepat berkembang, dan justru tidak terlalu dibutuhkan dalam analisis teks opini orang banyak yang menggunakan bahasa tak baku. Akan sangat bermanfaat bagi para akademisi dan praktisi industri di Indonesia jika para praktisi bahasa bisa membuat suatu kamus bahasa gaul yang lengkap, selalu termutakhirkan, dan dapat diakses publik. Bantuan para praktisi sistem informasi dan informatika dibutuhkan pula untuk mewujudkan kamu bahasa gaul yang berbasis web atau aplikasi.

Sebagai penutup, di situasi sekarang, tidak ada satu ilmu pun yang bisa mandiri untuk menjadi berguna. Kolaborasi dan saling dukung dengan kepakaran masing-masing dibutuhkan untuk menjadikan dunia lebih baik. Jadi, para praktisi bahasa, kapan bergerak menjawab tantangan ini?

https://doi.org/10.5281/zenodo.17066477

Pustaka

Bellanov, A., Suharyanti, Y., & Daryanto, Y. (2020). Applying user interface analytics to identify online shop performance factors. International Journal of Industrial Engineering and Engineering Management, 2(2), 49–60. https://doi.org/10.24002/ijieem.v2i2.4797

Han, J., & Kamber, M. (2006). Data mining: Concepts and techniques (2nd ed.). Morgan Kaufmann.

Kamus Lengkap. (2025). Kamus Bahasa Gaul Indonesia. Kamus Lengkap. https://kamuslengkap.com/kamus/gaul

KBBI VI Daring. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi VI. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia. https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Kemp, S. (2025, Februari). Digital 2025: Indonesia. Datareportal. https://datareportal.com/reports/digital-2025-indonesia

Saraswati, I. D., Suharyanti, Y., & Daryanto, Y. (2022). Food sellers strategy based on customer reviews before and during Covid-19 pandemic in Indonesia. Performa: Media Ilmiah Teknik Industri, 21(1), 74–85. https://doi.org/10.20961/performa.21.1.54954

Limbah sebagai Sumber Daya: Peran Perguruan Tinggi dalam Edukasi Masyarakat dan UMKM

Lenny Halim
Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Kata “limbah” dapat diasosiasikan dengan output kegiatan, baik industri maupun rumah tangga, yang tidak diinginkan karena tidak memiliki nilai ekonomis atau sifatnya yang membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Karena sifatnya yang membahayakan, sejak tahun 1970 dibuatlah berbagai peraturan yang mewajibkan industri melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan. 

Pendekatan pengelolaan limbah ini disebut pendekatan reaktif atau end-of-pipe control. Pada tahun 1980, industri mulai mengenal pendekatan proaktif yang menekankan minimasi limbah pada sumbernya. Salah satu pendekatan proaktif yang saat ini populer dan sejalan dengan manajemen siklus hidup (life cycle management) adalah ekonomi sirkular.

Ekonomi sirkular: dari limbah menjadi sumber daya

Konsep ekonomi sirkular muncul didorong oleh kesadaran bahwa sumber daya merupakan sesuatu yang terbatas (limited) sehingga perlu dikelola dengan efisien. Konsep ini menggeser ekonomi linear dengan praktik ambil, buat, buang (take, make, waste) yang pada jangka panjang akan menyebabkan kelangkaan sumber daya dan pencemaran lingkungan. Dengan ekonomi sirkular, industri memandang limbah sebagai sumber daya sehingga terciptalah siklus material dan energi tertutup.

Strategi implementasi ekonomi sirkular dapat dilaksanakan dalam berbagai tingkatan sirkularitas yang ditunjukkan oleh Gambar 1 (Potting et al., 2017). Berbagai opsi strategi yang ditawarkan memungkinkan industri memilih tingkat sirkularitas sesuai dengan kondisinya. Hal ini akan memberikan fleksibilitas pada industri terutama UMKM yang memiliki keterbatasan sumber daya. Perubahan paradigma UMKM dan masyarakat bahwa limbah bukanlah beban, melainkan sumber daya, sangat diperlukan untuk menjamin kontinuitas implementasi ekonomi sirkular. Perguruan tinggi memiliki peran strategis untuk mengedukasi pelaku UMKM dan masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat untuk mencapai perubahan paradigma tersebut.

Gambar 1. Opsi Strategi Ekonomi Sirkular menurut Potting et.al. (2017)

Edukasi limbah sebagai sumber daya kepada masyarakat

Peran perguruan tinggi dalam edukasi limbah sebagai sumber daya kepada masyarakat didukung oleh program Kuliah Kerja Nyata. KKN Universitas Atma Jaya Yogyakarta tahun 2025, yang berlokasi di Kapanewon Tanjungsari dan Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, telah mengintegrasikan edukasi limbah ke program pemberdayaan masyarakat. Edukasi ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mengelola limbah secara mandiri karena pengumpulan sampah kota (municipal waste) tidak menjangkau lokasi tersebut.

Gambar 2. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Ecobrik di Padukuhan Mendang 3

Program pelatihan ecobrick dilakukan untuk pengelolaan limbah anorganik di Padukuhan Mendang 3 dan Mrico. Proses produksi ecobrick dimulai dengan pencucian dan pengeringan sampah plastik, pencacahan sampah plastik sebagai isian dengan menggunakan gunting, dan pemadatan cacahan ke botol plastik (Gambar 2). Botol plastik yang telah diisi memiliki kekuatan yang baik untuk dirangkai menjadi furnitur, misalnya dingklik. Berdasarkan evaluasi mahasiswa sebagai pelaksana kegiatan, warga sangat antusias, bahkan mengutarakan ide pemanfaatan ecobrick untuk taman atau pagar. Program ini berhasil memperkenalkan strategi repurpose kepada warga.

Program KKN UAJY juga melakukan recycle limbah organik. Pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dan sabun cair dari minyak jelantah diberikan kepada ibu-ibu PKK Padukuhan Mendang 3, Mendang 2, Mendang 1, dan Jaten. Berdasarkan evaluasi, produk lilin dan sabun cair ini dapat berpotensi menjadi peluang usaha, terutama jika ditambahkan inovasi bentuk yang menarik. Sementara itu, kotoran sapi di-recycle menjadi pupuk kandang di Padukuhan Jaten dan menjadi biogas di Padukuhan Mrico. Pembuatan biogas dari kotoran sapi dilakukan menggunakan digester batch dari galon bekas. Tantangan implementasi biogas dalam jangka panjang adalah keterbatasan air sebagai input untuk pengencer kotoran sapi.

Edukasi limbah sebagai sumber daya kepada pelaku UMKM

Contoh pengabdian edukasi limbah sebagai sumber daya kepada UMKM adalah peningkatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kampung Batik Giriloyo. Pengabdian ini menggandeng siswa SMPN 5 Yogyakarta dan Universitas AKPRIND Indonesia untuk pemanfaatan lidah buaya sebagai koagulan alami menggantikan koagulan kimia (Gambar 3). Dengan menjaga proses pengolahan limbah cair agar sesuai baku mutu air limbah yang dipersyaratkan, industri batik dapat memanfaatkan air hasil olahan IPAL dalam proses produksi. Praktik recycle ini akan menguntungkan industri lewat penghematan sumber daya air.

Gambar 3. Uji Koagulan Lidah Buaya pada Air Limbah Batik

Potensi pengabdian pada UMKM ditemukan dari hasil wawancara kepada pelaku UMKM tahu. UMKM tahu telah dilengkapi dengan IPAL dari pemerintah daerah tetapi pengoperasiannya tidak optimal karena keterbatasan sumber daya manusia. Walaupun pengabdian ini nantinya tidak langsung menyasar pada praktik ekonomi sirkular, edukasi operasional penting untuk menjamin kelayakan limbah sebagai sumber daya.

Pustaka

Potting, J., Hekkert, M., Worrell, E., & Hanemaaijer, A. (2017). CIRCULAR ECONOMY: MEASURING INNOVATION IN THE PRODUCT CHAIN Policy Report.