February 2023

Hermeneutika dan Orientasi Penafsiran Penerjemahan (Bagian 1)

Harris Hermansyah Setiajid

Universitas Sanata Dharma

Anggota JLTC No. 0039

Hermeneutika berkembang menjadi pendekatan dalam berbagai bidang ilmu tak lama sejak kelahirannya. Dunia akademik membutuhkan pendekatan yang bisa mengurai kekusutan sebuah teks dengan cara menelusuri asal-usulnya. Hermeneutika dianggap bisa menjawab kebutuhan adanya pendekatan filosofis yang mampu menelisik teks secara komprehensif agar pemahaman terhadap teks tersebut bisa utuh.

Hermeneutika, secara singkat, dapat didefinisikan sebagai ilmu dan metodologi untuk menafsirkan teks. Latar belakang filosofis yang mendasari hermeneutika ditunjukkan oleh para pelopor di bidang ini seperti Gadamer. Menurut Gadamer (1960), kata-kata, yaitu pembicaraan, percakapan, dialog, tanya jawab, menghasilkan pemahaman. Berbeda dengan pandangan tradisional Aristoteles tentang bahasa, yaitu bahwa kata yang diucapkan mewakili gambaran mental, dan kata tertulis merupakan simbol untuk kata yang diucapkan, perspektif Gadamerian tentang linguistik menekankan kesatuan mendasar antara bahasa dan keberadaan manusia. Penafsiran tidak pernah dapat dipisahkan dari bahasa atau objektivitas. Karena bahasa datang kepada manusia dengan makna, interpretasi dan pemahaman tentang dunia tidak akan pernah bisa bebas prasangka. Sebagai manusia, seseorang tidak dapat keluar dari bahasa dan melihat bahasa atau dunia dari beberapa sudut pandang objektif. Bahasa bukanlah alat yang dimanipulasi manusia untuk mewakili dunia yang penuh makna; sebaliknya, bahasa membentuk realitas manusia (Bullock, 1997).

Penerjemah sebagai penafsir teks sumber

Tokoh penting lainnya dalam bidang  hermeneutika ini adalah Schleiermacher yang konsep pemahamannya mencakup empati serta analisis linguistik intuitif. Dia percaya bahwa pemahaman tidak hanya menguraikan informasi yang dikodekan, tetapi bahwa penafsiran dibangun di atas pemahaman, dan memiliki momen gramatikal, serta psikologis. Dorongan gramatikal menempatkan teks dalam sastra (atau bahasa) tertentu dan secara timbal balik menggunakan teks untuk mendefinisikan kembali karakter sastra itu. Dorongan psikologis lebih naif dan linier. Di dalamnya, penafsir merekonstruksi dan menjelaskan motif subjek dan asumsi implisit. Jadi Schleiermacher (1998) mengklaim bahwa seorang penafsir yang sukses dapat memahami penulis dengan baik, sebagaimana atau bahkan lebih baik daripada, penulis memahami dirinya sendiri karena interpretasi menyoroti motif dan strategi tersembunyi.

Dilthey (2002), awalnya pengikut Schleiermacher, melangkah lebih jauh. Dia menekankan bahwa teks dan tindakan adalah produk dari waktu teks sebagai ekspresi individu, dan makna teks  dibatasi oleh orientasi nilai-nilai masa itu dan pengalaman penulis teks tersebut. Oleh karena itu, makna digambarkan oleh pandangan dunia penulis yang mencerminkan periode sejarah dan konteks sosial. Pemahaman (verstehen), yang menjadi dasar hermeneutika metodologis, melibatkan penelusuran lingkaran dari teks ke biografi penulis dan keadaan sejarah. Penafsiran, atau penerapan sistematis pemahaman terhadap teks, merekonstruksi dunia tempat teks diproduksi dan bagaimana teks diposisikan.

Ide-ide modern tentang hermeneutika mengatakan bahwa penulis dapat menjadi editor sekaligus redaktur. Dalam mempertimbangkan aspek wacana ini, seseorang harus mempertimbangkan tujuan penulis ketika  menulis lingkungan budayanya. Kedua, kita harus mempertimbangkan narator dalam tulisan yang biasanya berbeda dari penulis. Terkadang dia adalah orang yang nyata, terkadang fiksi. Penerjemah harus menentukan tujuannya berbicara dan lingkungan budayanya, dengan mempertimbangkan fakta bahwa ia mungkin ada di mana-mana dan mahatahu. Penerjemah juga harus mempertimbangkan narator dalam cerita dan bagaimana dia mendengar. Dan, penerjemah harus memperhitungkan orang yang dituju tulisan tersebut; pembaca, tidaklah selalu sama dengan orang yang dituju tulisan tersebut. Ketiga, Penerjemah harus mempertimbangkan latar penulisan, genre (apakah puisi, narasi, nubuat, dll), kiasan; perangkat yang digunakan, dan, akhirnya, plot (Hanko, 1991).

Penafsiran tidak pernah dapat dipisahkan dari bahasa atau objektivitas. Karena bahasa datang kepada manusia dengan makna, interpretasi dan pemahaman tentang dunia tidak akan pernah bisa bebas prasangka. Sebagai manusia, seseorang tidak dapat keluar dari bahasa dan melihat bahasa atau dunia dari beberapa sudut pandang objektif. Bahasa bukanlah alat yang dimanipulasi manusia untuk mewakili dunia yang penuh makna; sebaliknya, bahasa membentuk realitas manusia.

Dengan demikian hermeneutika memberi batas antara penerjemah dan hasil terjemahannya. Bahkan, penerjemah bisa menjadi entitas tersendiri yang mungkin terpisah dari penulis teks sumbernya. Artinya, hasil alih bahasa yang dilakukan penerjemah merupakan penafsiran terhadap teks sumber.

Nah, selanjutnya bagaimana orientasi penafsiran penerjemahan itu? Ikuti di Bagian 2!

Referensi

Bullock, J. F. (1997). "Preaching in a Postmodern World: Gadamer's Philosophical Hermeneutics as Homiletical Conversation"

Dilthey, W. (2002). The Formation of the Historical World in the Human Sciences. Makkreel, R. A. and Rodi, F. (eds.). Princeton University Press.

Hanko, H.C. (1990, 1991). "Issues in Hermeneutics". Protestant Reformed Theological Journals. April and November, 1990, and April and November, 1991.

Schleiermacher, F. (1998). Hermeneutics and Criticism. Bowie, A. (ed. and trans.). Cambridge University Press.

Translation as a Profession: Keep It or Dump It?

Harris Hermansyah Setiajid

Universitas Sanata Dharma

Anggota JLTC No. 0039

Translation is a profession that has been in demand for centuries, and it continues to be so in the digital age. With the world becoming increasingly interconnected, the need for skilled translators to facilitate communication between people speaking different languages has never been greater. However, the question remains whether translation is a lucrative job in the modern age.

In recent years, the translation industry has grown significantly, with the rise of global commerce, international travel, and the spread of information and media across borders. This has led to an increase in demand for professional translators, who can help businesses and organizations communicate effectively with their customers, partners, and employees in different countries.

Growing demand for translators

One of the factors contributing to the growing demand for translators is the increasing number of multinational corporations operating globally. These companies need to communicate with their employees, customers, and partners in different languages, and they are willing to pay for high-quality translation services. This has created job opportunities for professional translators, particularly those with expertise in specific industries such as finance, law, medicine, and technology.

Another factor is the growing popularity of e-commerce and online marketplaces, which have made it easier for businesses to reach customers in different countries. This has led to an increase in demand for multilingual content, including product descriptions, website content, and customer support services. Translators who specialize in e-commerce and online marketing are in high demand, and they can earn good money by providing these services to businesses and organizations.

In addition to these factors, the increasing availability of technology and tools for translation has made it easier for individuals and businesses to access professional translation services. For example, online translation platforms, such as Gengo and Unbabel, have made it easier for clients to connect with translators from around the world and get their work done quickly and efficiently. This has increased competition in the translation industry, but it has also created more opportunities for translators to find work and earn money.

Challenges for translators

Despite these opportunities, many translators face challenges when it comes to earning a decent income. One of the main challenges is the widespread availability of low-cost or free machine translation services, which has led to a decline in demand for human translators. Additionally, many businesses and organizations are looking for ways to cut costs, and they may not be willing to pay top dollar for translation services.

Another challenge facing translators is the lack of standardized pay rates in the industry. Some translators are paid per word, while others are paid per hour, and the rates can vary widely depending on the language, the complexity of the material, and the client. This can make it difficult for translators to know what to charge for their services, and it can lead to exploitation and underpayment.

Despite these challenges, many professional translators are still able to earn a good income, particularly those who have specialized skills and experience in specific industries or language pairs. Translators who have a strong network of clients and a good reputation for quality work can command higher rates, and they can earn a substantial income by working with multiple clients on a freelance basis.

Translation is a field that continues to offer good income potential for skilled and experienced professionals. The growing demand for translation services, particularly in industries such as e-commerce and online marketing, has created job opportunities for translators, and technology has made it easier for clients to access these services. However, the industry is facing challenges, including the decline in demand for human translators due to the widespread availability of machine translation services and the lack of standardized pay rates. Nevertheless, many translators are still able to earn a good income by specializing in specific industries or language pairs, building a strong network of clients, and providing high-quality work.