Catatan Kami

Take-off sebagai penerjemah

Oleh Christien Yueni

Jogja Literary Translation Club

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, saya menjadikan penerjemahan sebagai pekerjaan moonlight saya. Ketika mahasiswa, saya tidak bagus-bagus amat ketika menerjemahkan, bahkan pernah (sering) mendapat nilai yang tidak maksimal. Namun, kecintaan saya pada pekerjaan menerjemahkan mulai tumbuh ketika saya pertama kali mempresentasikan makalah terjemahan di sebuah konferensi internasional yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 

Setelah itu saya kemudian bergabung menjadi anggota Jogja Literary Translation Club dan mendapatkan banyak manfaat di sana. Di klub JLTC memang banyak noob seperti saya tetapi banyak pula  suhu penerjemahan yang tak pelit untuk berbagi ilmu dan solusi mengatasi kesulitan ketika menerjemahkan, serta info jika ada job terjemahan.

Klien pertama saya adalah  mahasiswa pascasarjana di sebuah universitas ternama di Jakarta yang mengontak saya untuk membantunya menerjemahkan sebuah artikel yang akan dikirim ke sebuah jurnal internasional sebagai syarat kelulusan S2. Awalnya saya sempat ragu untuk menerima atau tidak karena saya tidak pede terhadap kemampuan saya. Namun akhirnya saya beranggapan bahwa kita memang harus selalu siap menerima ketika kesempatan mengetuk pintu. Dan, ternyata itulah titik take-off saya menjadi penerjemah.

“Saya beranggapan bahwa kita memang harus selalu siap menerima ketika kesempatan mengetuk pintu.”

Memang benar kata pepatah: sebaik-baik iklan adalah iklan dari mulut ke mulut. Klien pertama saya tampaknya puas dengan pekerjaan saya, sehingga dia kemudian woro-woro ke teman-temannya dan banyak dari mereka yang menyewa tenaga saya. Setelah itu, aliran pekerjaan terjemahan cukup stabil dan bisa saya gunakan untuk membeli skincare. 😁😁

Kepuasan klien adalah yang utama ketika kita melakukan pekerjaan terjemahan. Mereka akan mengingat  dan merekomendasikan kita. Setelah itu reputasi kita akan perlahan-lahan terbangun tanpa kita sadari. Saya orang yang percaya pada kekuatan sebuah proses. Let it process, and let there be light! ✨

Menulis untuk idealisme

Oleh Christien Yueni

Jogja Literary Translation Club

Rizky menyampaikan materi

Menulis yang baik bukanlah ditujukan untuk sekadar membuat konten. Menuis yang baik didasari pemikiran yang kuat tentang isi yang ingin disampaikan kepada khalayak.

Begitulah kata Rizky Prasetya, redaktur Mojok.co, sebuah media daring yang banyak dikenal masyarakat karena keunikan dan karakteristik tulisannya dalam menyampaikan opini yang berat tetapi bisa disampaikan secara jenaka dan lugas.

Ide untuk membuat sebuah tulisan bisa didapatkan dari membaca buku, media sosial, mengamati kejadian sehari-hari, atau dengan nongkrong dan ngopi-ngopi. Ide tersebut kemudian distrukturkan dalam sebuah tulisan yang tidak hanya sekadar untuk konten media sosial tetapi mempunyai dasar dan karakter yang kuat.

Webinar (30/10) yang dipandu Gracia Christyarian dan dikemas dalam acara Professional Talk #8 hasil kerja sama antara Jogja Literary Translation Club (JLTC), Integrity Online Magazine, dan Prodi Sastra Inggris ini berjalan dengan lancar dengan dihadiri kurang lebih 70 peserta dari berbagai kalangan.

Pada sesi tanya jawab dan diskusi sejumlah pertanyaan menarik dan menggelitik diajukan para peserta dengan antusias.

Selengkapnya bisa dilihat di YouTube JLTC.

Grace, Moderator
Alma Anindita, Ketua Integrity
Almira Romala, Ketua JLTC
Simon Arsa, Wakaprodi Sasing USD